sesekali bergeletar selayak zikir senjakala
yang menciptakan hujan menjadi airmata
harusnya tak ada cinta, pun juga luka
yang selalu kau baca terbata-bata
gerimis yang menyapu wajahmu
sesekali melabuhkan hening, dan matahari yang kian kuning
adalah ranum pipimu yang
luruh di tangkai-tangkai angin
maka sungguh sia-sia, merindukanmu tanpa doa
ini bukan tentang lukisan luka
pun juga lembaran cinta
yang tak pernah selesai kau baca
Surabaya, 04 Maret 2010. 01:01 dini hari,
ketika wajahmu merangkai gerimis di luar kaca jendela
7 Comments to "Gerimis yang Menyapu Wajahmu (1)"