Berpayung Daun Pisang

sebuah puisi persembahan

Aku lahir dari belantara yang renta
Maka tak ada yang menungguku
Selain monody keheningan
Sehabis lelah menualangi buana
Aku terkapar!
Orkestra kebisuan menngelayut resah
Bagai semilir mengembarakan bebulir pasir
Jejak terkubur tanpa arti

Aku mengungsi ke alam sepi
Tapi kau pun menjelma angin sunyi

Maka kau ciptakan musim hujan dalam anganku
Dari gubuk ke gubuk aku menggigil sayu
“itu ‘kan hanya gerimis, tak pantas ada tangis”,
Begitu katamu

Ya, tanpa suaramu pun aku takkan menangis
Meski hanya dengan helai jerami kering yang usang
Ku bangun serpihan jiwaku menjadi balai di tanah yang gersang
Genaplah sudah kerentaan ini yang malang

Sebagaiman rinduku yang biru
Dedaunan masih setia menunggu belaian angin mengecupi keningnya
Hingga tak ada derail embun menyalju
Aku luruh menguning diterpa gulana

Tapi aku begitu ingin merangkulmu
Walau hanya siluet wajah anggunmu yang ku dekap
Meski dengan berpayung daun pisang
Yang kupetik dari leladangan yang kerontang

Aku akan tetap menantimu dalam derai hujan

Probolinggo-Madura, 2004

12.24.2008 di Rabu, Desember 24, 2008

0 Comments to "Berpayung Daun Pisang"

Posting Komentar