pucuk-pucuk tembakau menengadah kuncup meradang kelabu. menangkap bias-bias asa pada kelopaknya berjatuhan. dan kau masih mengakabut dalam bayang-bayang luka nganga. mencadas, menerjal, membelukar, dan kian meranggas menghunjam matahari.
pada sebuah senja yang gelisah, lelah kian larut dalam relung gerimis mengeluh, menunggumu di istana paling gaib itu, sedang lembayung senja enggan membenamkan ronanya, menyaksikan kelepak sayapmu mengehempas naluri ilalang yang berjngkrak-jingkrak menggapai cakrawala.
tak ada yang lebih mewahyu daripada keluh gerimis yang menjelmakan senja menjadi lautan air mata.
Sumenep, 2004
0 Comments to "Keluh Gerimis"