Tirani Takdir (1)

rindu kita yang purba sepertinya akan menjadi nubuat janji sunyi, pun ketika tak juga selesai kita anggit menjadi prasasti. menarilah, hingga syakau jantungku menelanjangi makrifat heningmu berkali-kali. dan kilatan matamu yang lindap dalam liang-liang mimpi adalah zikir matahari esok pagi, lalu pelan-pelan merejamiku berjuta belati.

inikah tirani takdir, yang menikam tubuhku setajam puisi?

6.12.2010 di Sabtu, Juni 12, 2010

6 Comments to "Tirani Takdir (1)"

wah, puisinya keren2 nih

Thanks atas apresiasinya, mbak..

membacanya, ada sesuatu yang menghunjam. Entah apa?
speechless, mas...

Mantap, keren. Salam
http://PakOsu.wordpress.com/

Posted by Anonim ( 10 Oktober 2013 pukul 02.34 )

keren!

Posting Komentar